First Piece


GORESAN PASIR PANTAI
        
        Saat matahari tak sengaja tersembunyi di balik awan cumolunimbus, jari - jari lentik nya menari resah . menjelajahi setiap sudut meja kecil di depannya . di hadapan nya berjejer rapi 12 cupcake dengan dua rasa berbeda, mocca dan blueberry . dan  diatasnya terlukis dua nama, Kintan dan Andres. Sesekali mata nya menerawang menembus jendela kaca . menerka akan datang nya hujan ,dari aroma hangat pasir hitam di balik caffe klasik itu . menerawang mengetuk dinding waktu.
" memang mustahil bagi nya untuk tepat waktu .apa peduli nya dia jika aku akan berlumut ."
"Menunggu seseorang? "
"(Mengangguk pelan tanpa memandang ) "
"Disini memang selalu hujan kau tahu. Walupun matahari terik. Tapi kau pasti akan terbiasa "
"Terbiasa ? "
"Yap . dengan aroma hangatnya.. Oh kukira aku harus pergi .. Bye.."
"(Tersenyum kaku )  baiklah kukira aku akan tersedak aroma ini jika terus mematung selama Ber jam-jam "
        Kini jarinnya tak lagi menari resah . gadis bersweater biru itu hanya mengetuk-ngetuk jendela kaca . menghitung rintik hujan yang membasahi jendela . kembali menghitung denting waktu .
"Kau suka gitar Tan? "
"Apa kau baru saja memanggil namaku? "
"Cukup jelas bukan? Iya Kintan.. Atau , haruskah kupanggil 'Kin' atau malah mungkin 'Ki' saja? "
" yah dengar ehm ' Tan ' itu jauh lebih baik . tapi darimana kau ta.."
" tau nama mu? Tentu aku sudah cukup pintar untuk membaca pin namamu bukan? Dan tentu aku tak akan bertanya jika kau telah cukup mampu juga membaca pin nama ku."
" baiklah itu cukup menjelaskan." 
" lagu apa yang sering kau mainkan? " 
" Lorde - Yellow Flicker Beat "
" Kau suka hutan? "
" Ya sepertinya kau sudah mampu menebaknya."
" dan kau benci pantai ? " 
" bisakah kau berhenti bersandiwara layaknya seorang ahli nujum TUAN !!? "
" ikutlah denganku ..saat senja " 
      Kini dia hanya mematung . tak lagi memandang hujan. Hanya senyum tak lebih dari simpul yang terlukis di wajah nya. Pikirannya menerawang ,kembali mencari detail waktu kemana dia akan pergi.
" lepaskan alas kaki mu."
" (melepas alas kaki nya)" 
" rasakan sisa hangatnya . merambat melalui kaki mu . Berjalanlah. Berlari jika kau mau " 
"(Berjalan dengan ragu ) "
" kemarikan tanganmu (memberikan sesuatu)"
" galah? "
"Aku tak mengatakan ini adalah pisau bukan?"
" apa gunanya ?"
" tulislah sesuatu untuk menjawab tulisanku (menuliskan sesuatu diatas pasir )"
" KAU!!??"
           Sesuatu membuat gadis bersweater itu tertawa kecil. Namun tangan nya kini mengatup . dan sesekali jari-jarinya melangkahi cream mocca dan blueberry. Menciptakan sedikit mantra agar tawa nya tak begitu kentara
" bisa kah jika kau tak selalu terkejut?"
" Aku harus pergi."
"Hei .. Gunakan galahmu ! Kau hanya harus menuliskan tiga atau dua huruf saja!"
"Dan apa yang akan kau lakukan jika aku sama sekali tak memiliki keduannya?"
"Maka sebenanya kau hanya memiliki tiga huruf."
           Hujan kini telah berbaik hati pada nya. Dengan senang hati mengiringi tetesan dari ujung mata Hitamnya . satu tangan nya kini mencengkeram kertas foto yang telah lusuh.  Lalu dia berjalan melawan hujan . yang kini telah mengering sesampainya di perbatasan si hitam dan Raja biru . Dia tak lagi mengais dan mencari . karena dia tau .goresan  ikrar yang tertulis mudah di atas si hitam, telah tertelan oleh sang Raja Biru.



Comments

Popular Posts