Second Piece


DESTINASI
Raja pagi memang nampak telah terbangun. Cahaya lembut dari korona nya pun, telah berhasil mendobrak ruangan ber cat oranye senja itu. Menyusup melewati kusen jendela berkayu. Memecah sisa kegelapan malam. Berkali-kali jam beker itu bernyanyi . Tapi Kintan ternyata masih mencintai aroma selimut nya. Memaksa nya untuk tetap tinggal.
"( mengetuk-ketuk pintu ) Kintan bangun ! Sudah jam 8. Jangan buat Ibu pusing dengan nyanyian jam beker itu "
" he eh "
" sampai kapan kamu tempelkan  badan mu disitu? Bangunlah! " 
" yaya bangun " 
Kintan tak lagi memiliki pilihan. Karena memang selalu Ibu nya lah,jam beker paling sempurna.
"Jangan mentang-mentang liburan membuat mu santai. Jangan sampai kalah de.."
"Dengan matahari. Sudah cukup terjelaskan Bu"
"(Mengamati Kintan)"
"Ada yang salah ? "
"Sedikit beda  hari ini. Yakin dengan warna merah muda?"
"Yaa.. Sedikit percobaan"
Ketukan tangan di papan pintu memecah obrolan Ibu dan anak itu. Mereka mengira, menerka-nerka. Sehingga membuat gadis berbaju merah muda itu menghampiri pintu.
"Dina?"
"Terkejut?"
"Ya. Tentu saja. Bukankah seharusnya kamu ada di Jepang?"
"Izinkan aku duduk dulu di sofa mu. Akan kuceritakan sesuatu."
"Oh ya tentu. Silahkan"
"Aku punya penawaran menarik. Takkan kamu sanggup untuk menolaknya"
"Bicaralah dengan jelas. Penawaran apa?
"Tiket ke Jepang gratis (berkata sambil berbisik )
Tanpa berpikir seribu kali, Kintan mengiyakan tawaran itu. Kapan lagi? Pikirnya dalam hati. Kesempatan emas itu akan datang pada nya untuk kedua kali. 
" Rabu, 10 Juli pada pukul 10.00." Waktu itu tertera dengan jelas pada tiket pesawat yang telah Ia genggam. Dua gadis berjaket kuning dan merah maroon itu, menunggu tetapi tak mengharap cemas akan jam keberangkatan mereka.
"30 menit lagi. Kenapa seperti 5 jam"
"Yah tentu. Tak ada alasan untuk kita bisa mempercepatnya"
"Ini sungguh menyiksaku Tan."
"Kukira sudah beribu kali kamu ke luar negeri."
"Yah memang. Tapi Jepang lah yang Ku tunggu.( mengamati Kintan ) hai. Kau sedikit berbeda. Yah maksudku,dengan warna cerah."
"Begitukah? Aku tak asing lagi. Ibu ku mengatakan hal yang sama minggu lalu"
"Hei perubahan itu bagus. Hanya saja, warna kuning bukan terlihat seperti warna mu Kau tahu."
"Tenang. Nama ku akan tetap sama. Tetap Kintan."
Mereka berhasil menunggu. Melewati 30 menit yang menurut Dina menyiksa. 
Tepat pukul 10 pagi, burung besi itu mulai meninggalkan bandara. Membawa dua gadis itu menyebrangi angkasa. Dua jam telah berlalu.Kedua nya pun terlelap. Dininabobokan oleh ayunan langit biru. Walaupun sebenarnya, burung besi itu tak lagi mampu berkuasa. Membuat Kintan terbangun.
"Kurasa sesuatu terjadi pada mesin pendingin pesawat ini."
"Apa kau telah cukup yakin memeriksa nya?"
"Ku rasa. Sampaikan hal ini pada kapten." 
Seluruh penumpang merasa sesak. Dan selang-selang oksigen telah berayun di udara. Berayun berupaya teraih oleh semua penumpang.
Hingga kilatan merah mulai terlihat. Menjalar dari bagian belakang badan pesawat itu. Menjalar , menari-nari di ujung mata Kintan. Melambai, mendekat, dan memeluk Kintan perlahan. Lalu terbuyarkan oleh cahaya putih menyilaukan.
"( mengetuk-ketuk pintu ) Kintan bangun ! Sudah jam 8. Jangan buat Ibu pusing dengan nyanyian jam beker itu "
Kintan terperanjat. Ia tak bisa mengatakan apapun. Selain hanya dengan napasnya yang tersengal-sengal.
" sampai kapan kamu tempelkan  badan mu disitu? Bangunlah! " 
" Ya Aku telah terbangun " 
Kintan kini memiliki sejuta pertanyan. Apa yang terjadi? Apakah itu nyata?. Kintan berusaha mensugesti diri nya . "Iya tentu. Itu hanya mimpi Kintan."
"Jangan mentang-mentang liburan membuat mu santai. Jangan sampai kalah de.."
"Dengan matahari. Sudah cukup terjelaskan Bu."
"(Mengamati Kintan)"
"Ada yang salah ? "
"Sedikit beda  hari ini. Yakin dengan warna merah muda?"
"Apa Ibu bercanda? Aku sudah memakainya kemarin
" Kemarin? Kamu tak pernah memakai warna merah muda sebelumnya."
Kintan sedikit tersedak oleh pernyataan Ibu nya. Memori di kepala nya membuyar. Tak bisa lagi Ia bedakan antara mimpi dan fakta. Hingga Ketukan tangan di papan pintu memecah obrolan Ibu dan anak itu. Memaksa Kintan menghampiri pintu itu.
"Dina?untuk keperluan apa lagi kamu datang?"
"Terkejut?"
"Yah tentu. Kamu baru saja datang kemarin. Ada apa lagi?"
"Kemarin? Lagi? Jangan bercanda Kintan . baru hari ini aku datang. Hei ngomong-ngomong Aku punya penawaran menarik. Takkan kamu sanggup untuk menolaknya"
"Bicaralah dengan jelas. Penawaran apa?
"Tiket ke Jepang gratis (berkata sambil berbisik )
Segalanya terlihat sedikit absurd bagi Kintan .Tapi semua nya terlihat baik-baik saja. pukul 10 pagi adalah jadwal keberangkatan mereka.
"30 menit lagi. Kenapa seperti 5 jam"
"Yah tentu. Tak ada alasan untuk kita bisa mempercepatnya. Hei Din, jawablah pertanyaanku."
"Yah tentu. Apapun"
"Tanggal berapa kah hari ini?"
"Apa kau bercanda? Hari Rabu, tanggal 10 Juli tentu saja. Ada apa dengan mu?"
"Aku Baik. Hanya saja, aku merasa telah mengalami ini semua kau tahu."
"Tenanglah. Kau hanya sama sepertiku. Tak sabar akan sampai ke Jepang."
Segalanya seperti potongan puzzle bagi Kintan. Apakah ini? Hari Rabu?Tanggal 10 juli? Pukul 10? Baju merah muda?. Telah berhasil tercampur aduk dalam pikirannya. Hingga akhirnya burung besi itu kembali berangkat. Kembali berangkat pada pukul 10.
Segalanya terlihat baik-baik saja pada 1 jam terakhir. Namun membuat Kintan tetap terjaga. Sekelebat ingatan melintasi pikirannya. Mesin, Api.
"Permisi."
"Iya Nona. Ada yang bisa ku bantu?"
"Bisakah kau coba periksa lagi bagian mesin pendingin nya? Kurasa ada sedikit gangguan"
"Bagaimana kau begitu yakin Nona?"
"Entahlah. Ehm.. Aku hanya merasa sedikit panas"
"Baik demi kenyamananmu. Akan coba kuperiksa Nona"
Pramugara itu beranjak, mencoba memeriksa apakah suatu gangguan terjadi.
Dua jam terakhir baru saja berlalu. Sedikit menjadi hal yang melegakan bagi Kintan. "Iya itu mimpi. Dua jam telah berlalu. Dan semua nya baik sejauh ini"
Seorang Pramugara menghampiri Kintan.
"Terimakasih Nona. Kau telah menyelamatkan kami semua. Terjadi kerusakan sedikit pada bagian mesin pendingin. Jika tak ditangani sesegera mungkin, mungkin pesawat ini telah terbakar habis. Tapi kini semua nya baik-baik saja."
"Begitukah? Syukurlah. Itu hal yang baik"
Senyum kelegaan memenuhi Kintan. Karena merasa sugesti nya benar. Hingga Ia merasa berputar di udara, lalu oleng. Kepala nya terbentur keras dan tertembus besi panjang. Hingga cahaya putih menyilaukan kembali membuyarkan segalanya.
Dan Kintan terperanjat,terbangun tepat saat suara Ibu nya terdengar.
"(Mengetuk-ketuk pintu ) Kintan bangun ! Sudah jam 8. Jangan buat Ibu pusing dengan nyanyian jam beker itu "
"Ya aku telah terbangun."
"Apa ini? Apa yang terjadi?(mengambil jam beker) pukul 8 aku selalu terbangun. Dan Ibu, mengatakan hal yang sama."
Sedikit demi sedikit Kintan menyusun pecahan pikirannya itu. Memecahkan teka-teki nya . Memahaminya
"Jangan mentang-mentang liburan membuat mu santai. Jangan sampai kalah de.."
"Dengan matahari. Tentu. Ibu mengatakan nya berkali-kali."
"Bagus jika kamu telah memahaminya. (Mengamati Kintan) Sedikit.."
"Sedikit berbeda? Yah apa salah nya aku memakai baju merah muda? "
"Tentu tidak. Hanya saja terlihat lebih terlihat cantik untukmu."
"Bu tolong dengarkan aku. Apapun yang terjadi, jika Dina datang ke rumah kita, tolong katakan aku tidak ada di rumah"
"Loh kenapa? Ada masalah?"
"Katakan saja seperti itu. Aku hanya, ehm .. Hanya tidak ingin bicara dengan nya saat ini"
Satu hari itu telah Kintan lalui. Ia benar, Dina datang ke rumah nya. Menawarkan hal yang sama.
"Kamu tahu tan apa yang Dina tadi tawarkan untuk mu?"
"Ehm.. Apa Bu? (Pura-pura tidak tahu)"
"Tiket gratis ke Jepang loh."
"Oh begitukah? Aku tak begitu berminat mengambilnya"
"Loh kenapa? Ini gratis Tan."
"Ehm .. Aku hanya ingin berlibur di dalam negeri saja. Kebetulan Paman Rian menawari ku berlibur ke Malang waktu itu."
Satu minggu telah berlalu. Inilah waktu nya, pikir Kintan. Rabu, tanggal 10 Juli akhirnya Ia pergi bersama Paman nya ke Malang. Pukul 10 pagi.
Kintan semakin merasa lega. Ia yakin semua nya akan berjalan sesuai dengan dugaan nya. Karena Ia tak mengambil tawaran Dina.
Dua jam terakhir, perjalanan Kintan lalui dengan baik. Hingga telinganya penging oleh suara klakson bus. Dan pandangan nya kini telah terbalik. Di ujung mata nya mengalir cairan merah. Hingga cahaya putih menyilaukan kembali membuyarkan segalanya.
"(Mengetuk-ketuk pintu ) Kintan bangun ! Sudah jam 8. Jangan buat Ibu pusing dengan nyanyian jam beker itu "
Kintan terbangun. Tapi Ia telah lelah dengan segalanya . Ia mendobrak pintu, dan memeluk Ibu nya.
"Bu kumohon.. Kumohon tolonglah . tolong aku.. Aku lelah Bu.. Aku terperangkap"
"Hei ada apa? Ayo duduklah Kintan . ceritakan pada Ibu apa yang sedang terjadi. Apa yang membuat mu takut?"
Kintan menceritakan segalanya. Awal hingga ujung ceritanya. Detailnya. Ibu nya hanya tersenyum, dan menatap hangat mata Kintan.
" sesuatu apapun yang akan menjadi tujuan mu, ambilah karena kau memang meyakini nya. Karena hati mu merasa mampu. Karena tujuan itu adalah pilihanmu. Jangan biarkan pesona fana lain membuyarkan tujuan yang akan kamu ambil. Sekarang ambilah tujuan mu. Ibu yakin kamu telah memahami tujuan atau destinasi yang akan kamu ambil."
"10 Juli" pikir Kintan. Telah terlalui kini. Iya, Rabu 10 Juli berhasil Ia lewati. Takkan Ia biarkan lagi, segalanya mempengaruhi destinasi nya. Tujuan nya.















Comments

Popular Posts